ISUPUBLIK.ID – Menyikapi pernyataan Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Teuku Umar (MPM UTU), Zulfahmi, terkait perlunya kajian historis dalam sengketa empat pulau antara Aceh Singkil dan provinsi tetangga, Rifqi Maulana, mahasiswa Universitas Iskandar Muda Aceh (UNIDA), menyatakan dukungan penuh atas inisiatif tersebut.
Sengketa yang melibatkan empat pulau yakni Pulau Lipan, Pulau Mangkir Besar, Pulau Mangkir Kecil, dan Pulau Simuk menjadi perhatian publik Aceh belakangan ini, terutama terkait isu pemindahan administratif ke wilayah provinsi lain tanpa melalui proses konsultasi atau pengakuan historis yang sah.
“Kajian historis sangat penting agar kita tidak kehilangan identitas dan hak teritorial kita. Sejarah panjang Aceh sebagai wilayah berdaulat tidak boleh diabaikan begitu saja dalam proses administratif yang merugikan masyarakat,” ujar Rifqi,senin (9/6/2025).
Menurut Rifqi, Aceh memiliki dasar historis dan kultural yang kuat atas kepemilikan keempat pulau di Aceh Singkil tersebut, termasuk dalam peta-peta kolonial, catatan Kesultanan Aceh, serta kesaksian adat dan komunitas lokal. Ia menilai bahwa pendekatan historis yang berbasis data akan memperkuat posisi Aceh dalam menghadapi kemungkinan gugatan hukum atau diplomasi antardaerah.
“Kita mahasiswa harus ikut menjadi garda terdepan dalam menjaga kedaulatan wilayah. Jangan sampai hanya karena lemahnya dokumentasi dan advokasi sejarah, Aceh kehilangan haknya,” tegasnya.
Rifqi juga menyerukan agar Pemerintah Aceh, akademisi, dan lembaga adat segera membentuk tim khusus yang terdiri dari sejarawan, ahli hukum tata negara, dan perwakilan masyarakat lokal guna menyusun kajian komprehensif terkait status keempat pulau tersebut.
Dukungan Rifqi menjadi salah satu suara dari generasi muda Aceh yang mendambakan keadilan historis dan perlindungan terhadap warisan geografis provinsi tersebut. Ia juga mendorong solidaritas antaruniversitas di Aceh untuk memperkuat tekanan moral terhadap para pengambil kebijakan.()
Komentar