Daerah
Home » Berita » Nelayan Lhok Kuala Daya Menjerit, Kuala Dangkal Lumpuhkan Aktivitas Melaut

Nelayan Lhok Kuala Daya Menjerit, Kuala Dangkal Lumpuhkan Aktivitas Melaut

Kapal milik nelayan alami kedangkalan di muara Kuala Daya, Lamno, Kabupaten Aceh Jaya. (Foto - ist)

ISUPUBLIK.ID – Ratusan nelayan tradisional di Lhok Kuala Daya, Kecamatan Jaya (Lamno), Kabupaten Aceh Jaya, kini hidup dalam kesulitan. Sudah berbulan-bulan mereka tidak bisa melaut akibat dangkalnya kuala (muara sungai) yang menjadi satu-satunya akses keluar masuk perahu ke laut lepas. Kondisi ini tidak hanya menghentikan aktivitas mencari ikan, tetapi juga melumpuhkan roda perekonomian keluarga nelayan.

Panglima Laot Lhok kuala daya, Sajali menjelaskan, persoalan dangkalnya kuala di Lhok Kuala Daya bukan hal baru. Setiap tahun masalah ini muncul, namun hingga kini belum ada langkah nyata dari pihak pemerintah untuk mencari solusi permanen.

“Setiap kali musim hujan dan pasang surut, muara di daerah ini semakin tertutup lumpur dan pasir. Kapal nelayan sering kandas, bahkan beberapa kali ada yang rusak. Kami tidak bisa keluar ke laut, dan ini sudah terjadi berulang-ulang setiap tahun,” ungkap Panglima Laot, Selasa (7/10/2025).

Menurutnya, akibat kondisi tersebut, sebagian nelayan terpaksa beralih profesi sementara. Ada yang menjadi buruh harian, ada pula yang bergantung pada bantuan keluarga. Namun, situasi ini jelas tidak bisa bertahan lama.

“Nelayan hidupnya dari laut. Kalau kuala dangkal dan kami tidak bisa melaut, bagaimana anak-anak kami makan?” ujarnya lirih.

Dinas Kesehatan Aceh Jaya Gencar Tekan Kasus Tuberkulosis

Kapal milik nelayan alami kedangkalan di muara Kuala Daya, Lamno, Kabupaten Aceh Jaya. (Foto – ist)

Pihak nelayan juga meminta agar pemerintah segera turun tangan melakukan pengerukan kuala dan membangun tanggul pemecah ombak sebagai solusi jangka panjang. Mereka menilai, dengan besarnya dana Otonomi Khusus (Otsus) yang diterima Aceh, sudah seharusnya pemerintah lebih serius memperhatikan nasib masyarakat pesisir.

“Kami melihat banyak proyek besar dikerjakan di daratan, tetapi untuk kebutuhan nelayan justru sering diabaikan. Padahal nelayan adalah pahlawan pangan yang menjaga ketahanan ekonomi masyarakat,” katanya.

Sementara itu Ketua KNTI, Aceh Azwar Anas menyampaikan adanya pendangkalan muara saat ini nelayan sangat khawatir akan meningkatnya risiko kecelakaan di laut. Beberapa kapal dilaporkan kandas saat mencoba keluar dari muara dangkal, terutama ketika air laut surut.

Ia menyebutkan sudah beberapa kali mengevakuasi kapal yang kandas. Ini sangat berbahaya, apalagi kalau terjadi di malam hari.

Ia juga meminta Gubernur Aceh, Mualem, untuk turun langsung melihat kondisi nelayan di lapangan. “Kami tidak butuh janji, kami butuh tindakan nyata. Kalau kuala ini tidak dikeruk, nelayan bisa semakin terpuruk,” tambahnya.

Pastikan Bebas Oplosan, Kapolda Aceh Cek Kualitas Beras di Kilang Padi

Menurutnya kondisi dangkalnya kuala tidak hanya memengaruhi hasil tangkapan ikan, tetapi juga berdampak luas terhadap rantai ekonomi di sekitar pesisir. Ia menambahkan, mewakili nelayan mendesak para wakil rakyat di DPR Aceh serta pemerintah kabupaten untuk memperjuangkan anggaran khusus dalam APBA maupun dana Otsus guna pemberdayaan nelayan.

Para nelayan berharap program tersebut tidak hanya berupa bantuan alat tangkap, tetapi juga perbaikan sarana pendukung seperti dermaga, tambatan perahu, dan pengerukan kuala.

“Kami ingin wakil rakyat mendengar jeritan nelayan Aceh Jaya khususnya Nelayan Lamno Raya karena selama ini sudah terlalu lama nelayan diabaikan. Jangan hanya datang waktu kampanye,” cetusnya. ()

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Tidak Bisa Disalin