ISUPUBLIK.ID – Keberhasilan Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) Kabong, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya, dalam mengembangkan usaha ayam petelur terus menarik perhatian banyak pihak. Tidak hanya desa dari luar kabupaten, kini desa-desa dalam wilayah Aceh Jaya juga mulai melakukan studi banding untuk belajar langsung sistem usaha yang dijalankan.
Salah satunya adalah Desa Sayeung, Kecamatan Darul Hikmah, yang pada pada hari ini melakukan kunjungan belajar ke BUMG Kabong. Rombongan dipimpin oleh Keuchik Muhibbudin, didampingi Direktur BUMG M. Syukri dan Sekretaris Arfandi, serta sejumlah pengurus lainnya.
Dalam kunjungan tersebut, para peserta mempelajari berbagai aspek manajemen usaha ayam petelur mulai dari tata kelola kandang, perawatan ayam, sistem pakan, hingga manajemen keuangan dan distribusi hasil produksi.
Kepala Desa Sayeung, Muhibbudin, mengatakan kehadiran pihaknya ke BUMG Kabong untuk melihat langsung praktik pengelolaan usaha produktif yang sudah berjalan dengan baik di tingkat desa.
“Kami datang untuk belajar langsung karena melihat usaha ayam petelur di BUMG Kabong ini cukup berhasil dan cepat meningkatkan pendapatan BUMG. Kami ingin menerapkan hal yang sama di Desa Sayeung,” ujarnya, Jumat (31/10/2025).
Ia menjelaskan, setelah studi banding ini, pihaknya berencana untuk membuka usaha ayam petelur di desanya melalui program ketahanan pangan yang bersumber dari Dana Desa (DD).
“InsyaAllah usaha seperti ini sangat berpotensi dikembangkan di Sayeung. Selain dapat menyerap tenaga kerja, juga membantu menambah sumber pendapatan bagi BUMG dan masyarakat,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua BUMG Kabong, Syarwali, menyampaikan rasa terima kasih atas kunjungan Kepala Desa dan pengurus BUMG Sayeung. Ia mengatakan pihaknya terbuka bagi siapa pun yang ingin belajar dan meniru konsep usaha yang sedang dijalankan.
“Kami sangat senang bisa berbagi pengalaman dengan desa lain. Usaha ayam petelur ini kami mulai secara bertahap sejak dua tahun lalu, dan alhamdulillah kini sudah mulai memberikan hasil nyata bagi desa,” kata Syarwali.
Menurutnya, BUMG Kabong saat ini mengelola sekitar 500 ekor ayam petelur dan saat ini mulai berproses telur dan di rencanakan telur tersebut akan dipasarkan di tingkat desa dan pasar kecamatan sekitarnya.
Menurutnya, pendapatan dari penjualan telur, lanjutnya, telah memberikan kontribusi positif terhadap kas BUMG dan menjadi salah satu sumber ekonomi baru bagi masyarakat setempat. Selain itu, usaha ini juga membuka lapangan kerja tetap bagi enam orang warga lokal yang bertugas mengelola kandang dan distribusi.
“Kami tidak hanya menjual hasil, tetapi juga membangun sistem usaha yang transparan dan profesional. Setiap bulan kami lakukan evaluasi keuangan dan peningkatan kapasitas bagi para pengelola,” jelas Syarwali.
Dan keberhasilan BUMG Kabong dalam mengembangkan usaha ayam petelur menjadi salah satu contoh sukses penerapan konsep BUMG Mandiri di Aceh Jaya. Dukungan penuh dari pemerintah gampong dan semangat gotong royong masyarakat menjadi kunci utama keberlanjutan usaha tersebut.
Model pengelolaan yang dijalankan BUMG Kabong kini mulai menarik perhatian banyak desa lain, baik dari dalam maupun luar kabupaten, untuk melakukan studi banding dan replikasi usaha serupa.
“Kami berharap semakin banyak desa yang berani mengambil langkah konkret dalam mengembangkan usaha produktif. Jika setiap BUMG punya satu unit usaha unggulan, maka ekonomi gampong akan jauh lebih kuat,” pungkas Syarwali.()


 
                     
         
             
             
             
             
             
             
             
             
             
             
            











Komentar