ISUPUBLIK.ID – Di tengah peringatan Hari Pendidikan Daerah ke-66, sejumlah sekolah di Kabupaten Aceh Jaya masih menghadapi persoalan klasik: keterbatasan jaringan internet. Kondisi ini sudah berlangsung belasan tahun dan membuat proses belajar mengajar tidak berjalan maksimal.
Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian integral dari proses belajar-mengajar. Penggunaan perangkat teknologi seperti komputer, tablet, dan akses internet menjadi sarana penting dalam penyampaian materi pelajaran, komunikasi antara guru dan siswa, serta dalam mencari informasi pendukung pembelajaran.
Namun, kesenjangan digital masih menjadi hambatan bagi banyak siswa dan guru. Siswa di daerah perkotaan cenderung memiliki akses lebih baik ke perangkat dan internet, sementara siswa di daerah pedesaan atau dari latar belakang ekonomi rendah mungkin tidak memiliki akses yang sama.
Salah satu sekolah yang terdampak adalah SDN 7 Krueng Sabee. Minimnya akses internet memaksa siswa dan guru kesulitan memanfaatkan teknologi pembelajaran. Bahkan, saat ujian sekolah, para siswa terpaksa pergi ke pusat kota hanya untuk bisa mengikuti ujian daring.
“Tanpa internet, pembelajaran berbasis digital sulit dilaksanakan. Kadang kami harus mencari ke tempat lain yang ada jaringan. Itu tentu mengganggu kegiatan belajar,” ujar Sabirin, wali kelas SDN 7 Krueng Sabee, Selasa (2/9/2025).
Menurut para dewan guru setempat, keterbatasan internet tidak hanya menyulitkan guru, tetapi juga menimbulkan kesenjangan digital antara siswa di perkotaan dan di pelosok. Akibatnya, siswa di daerah terpencil berisiko semakin tertinggal dalam penguasaan teknologi.
Guru dan siswa berharap momentum Hari Pendidikan Daerah menjadi pengingat bagi pemerintah agar lebih serius memperhatikan sekolah-sekolah terpencil di Aceh Jaya, terutama dalam penyediaan sarana pendukung seperti jaringan internet dan komunikasi.()
Komentar