ISUPUBLIK.ID – Hari ini, 26 Juli, dunia memperingati Hari Mangrove Sedunia. Namun di Aceh Jaya, gaung peringatan itu nyaris tak terdengar. Di tengah senyapnya perayaan, hutan mangrove di sepanjang pesisir kabupaten ini terus memberikan manfaat besar, tanpa pamrih, melindungi garis pantai, menopang kehidupan nelayan, dan menjaga keseimbangan alam.
Hutan mangrove bukan sekadar kumpulan pohon yang tumbuh di pesisir. Ia adalah benteng alami yang melindungi daratan dari abrasi dan gelombang pasang, penyaring limbah yang menjaga kualitas laut, rumah bagi ribuan biota laut, dan juga penyambung hidup bagi masyarakat pesisir.
Di kecamatan Panga,Setia Bakti, Darul Hikmah dan beberapa wilayah pesisir lainnya, warga Aceh Jaya banyak menggantungkan hidup dari hasil laut yang bersumber dari kawasan mangrove. Mereka menangkap ikan, menjaring udang, membudidayakan kepiting, dan sebagian mulai mengembangkan usaha ekowisata mangrove. Namun semua ini hanya akan bertahan jika mangrove tetap lestari.
“Saya tidak bisa membayangkan kalau mangrove hilang. Itu sama saja menghilangkan hidup kami,dan kita semua terutama yang memamfaat mangrove dalam peningkatan ekonomi warga,” ujar Muzakir salah satu warga Calang saat di temui isupublik.id di ujong krueng Gampong Baroe Sayeung. (Sabtu,26/7/2025).
Menurutnya, menjaga mangrove bukan pilihan dari para Lembaga pemerhati lingkungan, tapi merupakan kewajiban moral bersama. Namun realitas berkata lain. Tak banyak perhatian serius terhadap keberlangsungan hutan mangrove bahkan tidak ada peringatan khusus dari pemerintah daerah.
Padahal, Aceh Jaya memiliki potensi besar untuk menjadikan hutan mangrove sebagai pusat edukasi, kawasan wisata, sekaligus penjaga keberlanjutan perikanan rakyat. Tapi semua itu tak akan berarti jika hanya dijadikan wacana di atas kertas tanpa dukungan anggaran, regulasi, dan partisipasi aktif masyarakat.
“ Sudah saatnya semua pihak dari pemerintah kabupaten, camat, keuchik, lembaga adat, hingga pemuda dan pelajar bersatu menjaga hutan mangrove. Tidak cukup hanya mengandalkan segelintir warga yang sadar. Butuh komitmen politik dan kebijakan yang berpihak pada lingkungan,’ujarnya.
Di Momentum Hari Mangrove Sedunia, Ia mengharapkan bisa menjadi titik balik. Jangan tunggu bencana datang baru bertindak. Mari bergerak sekarang, menanam, menjaga, mengedukasi, dan mengawasi. “ Karena menjaga mangrove hari ini adalah investasi untuk masa depan Aceh Jaya yang lebih kuat, tangguh, dan lestari,”cetusnya.()
Pewarta : Musliadi
Komentar